Hello Kitty Winking Pointer

ILMU KIMIA PENTING LO,,

SELAMAT DATANG

Minggu, 09 Juni 2013

PROBLEMATIKA UJIAN NASIONAL



BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Ujian nasional 2013 menimbulkan banyak permasalahan dalam pelaksanaannya. Bahkan tiada hari tanpa masalah, dan sepertinya pantas kalau ujian nasional dikatakan kacau balau. Betapa tidak karut marut ini mulai terjadi sejak proses pengandaan naskah soal, pendistribusian naskah soal, sampai pada pengerjaan oleh siswa peserta ujian di kelas. Bahkan akan sampai pada pemeriksaan atau proses pemindaian hasil ujian pada LJUN.
Proses penggandaan bermasalah dengan terlambatnya penyelesaian dari pihak percetakan untuk 11 propinsi yakni pada wilayah bagian tengah Indonesia. Untuk masalah ini terjadi saling tuding dari pihak percetakan, Kemdikbud, BSNP, dan pengawas perguruan tinggi. Namun pak Menteri Dikbud (Prof. M. Nuh) menyatakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap problem UN 2013, meski enggan mundur karena hal itu.
Mengatasi problem pendistribusian soal ke pelosok daerah, terpaksa presiden turun tangan menginstruksikan TNI dan Polri untuk mengerahkan segala kemampuan untuk membantu distribusi soal. Tak tanggung-tanggung TNI melibatkan pesawat hercules dan foker untuk mengangkut soal ke 11 propinsi tujuan, bahkan sampai disertai dengan pengawalan Pak Wamendikbud. Sedangkan polri terlibat langsung dalam pengawalan naskah soal sampai ke kabupaten. Namun karena persebaran sekolah yang beragam, maka sekolah yang terletak jauh di pelosok atau terpencil menjadi tambah terlambat. Bahkan beberapa sekolah di Luwu Sulawesi Selatan (Bastem) dan di Kolaka Utara harus mengerjakan soal ujian pada malam hari dengan penerangan lampu minyak.
Ketika pengerjaan soal berlangsung ternyata masih banyak pula masalah yang di alami oleh siswa dan panitia penyelenggara sekolah. Beberapa sekolah tidak mendapatkan jatah soal UN, Soal tidak cukup untuk semua peserta, dan kertas LJUN yang tipis sehingga mudah sobek. Ketika naskah soal tidak tersedia dan/atau soal tidak cukup, panitia terpaksa berinisiatif untuk mengadakan naskha soal dan LJUN dengan memfoto kopi sendiri untuk sejumlah siswa di sekolahnya.
Problem naskah soal dan LJUN yang foto copy-an ini lah yang akan menimbulkan masalah lanjutan pada proses pemeriksaan hasil ujian. LJUN foto copy-an hanya berupa LJUN sementara, dan petugas teknis harus memindahkan data dan jawaban siswa pada LJUN sementara ke LJUN komputer yang semestinya. LJUN komputer/LJK yang digunakan harus disesuaikan dengan barcode soal yang digunakan siswa dalam UN. Oleh karena itu, prosesnya akan butuh waktu lebih lama atau yang lebih mudah dilakukan dengan cara manual.
Sebagaimana telah ditetapkan oleh BSNP bahwa untuk menjaga keotentikan hasil ujian nasional, maka naskah soal dan LJUN memiliki barcode yang sama. LJUN-pun menyatu dengan naskah soal. Ketika siswa hendak mengerjakan ujian, terlebih dahulu harus memisahkan LJUN dari naskah soal agar tidak kusut atau rusak. Namun sebuah kasus kecerbohan pengawas terjadi pada sebuah sekolah penyelenggara ujian nasional. Kasusnya terjadi di SMAN 1 Towuti Kabupaten Luwu timur Sulawesi selatan, di mana guru pengawas ruang ujian memisahkan naskah soal dan LJUN sebelum dibagikan ke siswa. LJUN lalu dibagi secara acak dalam satu ruangan.
Problemnya ketika membagi soal, guru pengawas kebingungan berdua dalam ruangan ujian. Mengetahui kasus ini, ketua panitia penyelenggara yang juga berperan sebagai ketua subra dan kepala sekolah (Adam, S.Pd.) mengalami kepanikan. Beruntung kelebihan soal dari ruangan ujian lain di sekolah itu, cukup untuk peserta ujian di ruang bermasalah tadi.
Pro kontra dalam Ujian Nasional terjadi disebabkan rasa kecewa masyarakat yang menilai pemerintah tidak konsisten, karena dengan Ujian Nasional tetap dijadikan sebagai factor penentu kelulusan siswa ketimbang sarana pemetaan standar mutu pendididkan di Indonesia.
Dari tahun ke tahun standar kelulusan terus meningkat belum diimbangi dengan pemerataan fasilitas pendidikan di beberapa daerah secara tidak langsung membuat siswa mengalami kesulitan untuk memenuhi target yang ada. Sehingga tidak sedikit siswa terpaksa harus mengulang, disebabkan nilainya kurang memenuhi standar.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang terdapat pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.      Asal usul munculnya ujian nasional ?
2.      Tujuan penyelenggaraan ujian nasional ?
3.      Apa saja masalah yang terjadi padapelaksanaan ujian nasional tahun 2013 ini ?
4.      Bagaimana solusi masalah   Ujian nasional tahun 2013 ini?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mendeskripsikan seperti apa problematika Ujian Nasional 2013.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan studi perbandingan dalam upaya peningkatan mutu ujian nasional yang dianggap relevan, terutama terkait masalah problematika Ujian Nasional 2013.
2.      Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi dalam khazanah pengetahuan tentang ujian nasional  bagi penulis khususnya dan pembaca pada umunya.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asal Usul Munculnya Ujian Nasional
Yang namanya Ujian Nasional atau UN pasti semua orang baik dewasa sampai anak-anak tahu. Namun mengenai sejarah panjang mengenai ujian untuk penentuan kelulusan peserta didik pada setiap tingkatan mulai dari jaman perjuangan hingga sekarang tentu tidak banyak yang mengetahui, terutama bagi mereka yang tidak mengalaminya. Pada postingan kali ini saya ingin sedikit menceritakan tentang sejarah perkembangan ujian di Indonesia dari awal hingga sekarang.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sistem ujian nasional telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan, perkembangan ujian nasional tersebut yaitu :
1. Periode sebelum tahun 1969
Pada periode ini, sistem ujian akhir yang diterapkan disebut dengan Ujian Negara, berlaku untuk semua mata pelajaran. bahkan ujian dan pelaksanaannya ditetapkan oleh pemerintah pusat dan seragam untuk seluruh wilayah di Indonesia.
2. Periode 1972 – 1982
Pada tahun 1972 diterapkan sistem Ujian Sekolah di mana setiap atau sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian akhir masing-masing. Soal dan hasil pemrosesan hasil ujian semuanya ditentukan oleh masing-masing sekolah/ kelompok sekolah. Pemerintah pusat hanya menyusun dan mengeluarkan pedoman yang bersifat umum. Untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu pendidikan serta diperolehnya nilai yang memiliki makna yang “sama” dan dapat dibandingkan antar sekolah.
3. Periode 1982 – 2002
Pada tahun 1982 dilaksanakan ujian akhir nasional yang dikenal dengan sebutan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). dalam EBTANAS dikembangkan sejumlah perangkat soal yang “pararel” untuk setiap mata pelajaran dan penggandaan soal dilakukan didaerah. Pada EBTANAS kelulusan siswa ditentukan oleh kombinasi nilai semester I (P), nilai semester II (Q) dan nilai EBTANAS murni (R)
4. Periode 2002-2004
Pada tahun 2002, EBTANAS diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional dan kemudian berubah nama menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN). Perbedaan yang menonjol antara UAN dengan EBTANAS adalah dalam cara menentukan kelulusan siswa, terutama sejak tahun 2003. Untuk  kelulusan siswa pada UAN ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual.
5. Periode 2005 – sekarang
Mulai tahun 2005 untuk mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan yang bermutu, pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional (UN) untuk SMP/MTs/SMPLB dan SMA/SMK/MA/SMALB/SMKLB. Sedangkan untuk mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan yang bermutu, mulai tahun ajaran 2008/2009 pemerintah menyelenggarakan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) untuk SD/MI/SDLB.
sejarah UN
Demikian mengenai sejarah perkembangan ujian yang dilakukan pada jenjang sekolah untuk tingkat dasar dan menengah untuk menentukan apakah seorang peserta didik itu lulus ataukah tidak dalam satu tingkatan pendidikan. Semoga saja dengan pelaksanaan Ujian Nasional di tahun ini yang amburadul memberikan pemikiran yang baru agar ujian nasional untuk tahun depan diubah kembali bentuknya.
2.2 Tujuan Penyelenggaraan Ujian Nasional
Tujuan diadakan Ujian Nasional (UN) | Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/U/2003 Tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 bahwa tujuan dan fungsi ujian nasional seperti yang tercantum dalam SK Mendiknas 153/U/2003 yaitu:
Tujuan Ujian Nasional (Pasal 2):
  1.  Mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
  2. Mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah.
  3. Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi, kabupaten/kota, sekolah/madrasah, dan kepada masyarakat.
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 77 tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Tahun Pelajaran 2008/2009 tujuan Ujian Nasional (UN) adalah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.2 Masalah yang terjadi pada pelaksanaan Ujian Nasional 2013
            Masalah yang terjadi pada pelaksanaan ujian nasional 2013 yaitu sebagai berikut :
1. Percetakan salah perhitungan
Sebanyak 11 daerah terpaksa tidak bisa mengikuti ujian secara serentak. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, penyebabnya karena satu dari enam perusahaan percetakan yang mencetak soal-soal ujian belum menyelesaikan pekerjaan. Perusahaan itu PT Ghalia Indonesia Printing.
Direktur PT Ghalia, Hamzah Lukman mengakui masalah itu. Menurut dia, perusahaan kewalahan karena dan salah perhitungan. Soal-soal sudah selesai dicetak, tetapi perusahaan terlambat memasukkan soal ke kotak yang akan didistribusikan.

2. Ditribusi tidak merata

Ujian nasional seharusnya dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Namun tahun ini hal itu tidak bisa dilakukan karena masalah teknis pada perusahaan percetakan. Karena satu dari enam perusahaan percetakan yang mencetak soal UN belum memasukkan soal ke kotak, maka distribusi soal terlambat dikirim ke daerah-daerah.
Daerah-daerah itu di antaranya Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

3. Jadwal ujian mundur

Rentetan persoalan itu berujung pada penundaan pelaksanaan UN. Setidaknya siswa sekolah di 11 daerah wilayah Indonesia Timur, seharusnya melaksanakan ujian serentak pada hari ini, Senin, 15 April, terpaksa ditunda hingga Selasa besok, 16 April 2013.
Masalah ini tentu membingungkan siswa. Apalagi tidak semua siswa tahu ada penundaan jadwal ujian. Misalnya siswa di Palu, Sulawesi Tengah. Mereka tetap hadir ke sekolah tepat waktu meski UN tingkat SLTA diundur.kebanyakan siswa tidak mengetahui bahwa UN diundur karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya.

4. Kekurangan soal

Kasus UN lebih menyedihkan lagi. Bagaimana bisa, jumlah soal mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kurang. Apalagi, kekurangan itu baru diketahui pada saat pembagian soal di kelas.?
"Ada kekurangan lima sampul soal, diperkirakan satu sampul berisi 20 soal, berarti ada sekitar 100 soal yang kurang," kata Kepala Bidang Sekolah Menengah Atas pada Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru, Abdul Jamal, kepada Antara di Pekanbaru, Senin (15/4).
Menurut Jamal, ternyata isi soal tidak sesuai dengan jumlah yang tertera dalam sampul. Untuk mengantisipasi kendala kekurangan soal yang cukup banyak itu, panitia terpaksa melakukan penggandaan.
"Kami terpaksa foto kopi soal karena tidak ada solusi lain, dan itu diperbolehkan sesuai dengan petunjuk dari perguruan tinggi yang mengawasi UN," katanya.
5. Lembar Jawaban Ujian Nasional Kurang
            Selain Soal Ujian Nasional kurang ternyata di Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan tengah mengalami kekurangan LJUN saat pelaksanaan Ujian Nasional yang berlangsung.Alangkah sedihnya nasib para siswa-siswi mereka yang kekurangan LJUN itu.Terpaksa untuk menyikapi masalah tersebut pihak pengawas foto copi LJUN karena tidak ada solusi lain.
2.3 Solusi Masalah Ujian Nasional 2013
Ujian Nasional (UN) tahun 2013 saat ini masih sedang berlangsung dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Tentu kurang adil jika hal kesalahan ini seluruhnya ditumpahkan salah satu pihak saja. Secara logis kalau mau dipikir seharusnya hal ini tidak perlu terjadi karena UN adalah kegiatan yg setiap dilaksanakan secara rutin tiap tahun. Setiap tahun yang menjadi permasalahan utama adalah masalah  kebocoran soal/beredarnya kunci jawaban, dan masalah kelulusan. Tetapi tahun ini masalah terbesar yang muncul adalah keterlambatan ujian akibat cetak dan distribusi soal ke lokasi ujian, masalah kualitas lembar jawaban. Karena masalah tersebut berbagai tanggapan muncul, namun saat ini 98% melihat jeleknya saja, kegagalannya saja, hingga menghakimi Mendikbub.
Pemerintah diminta menerapkan kebijakan 100 persen lulus kepada seluruh peserta ujian nasional (UN) 2013 akibat karut-marutnya pelaksanaan UN Presiden harus meminta Menteri Pendidikan mundur karena menteri tidak mau mengundurkan diri. Kalau masih belum ada kesadaran, Presiden harus melakukan berbagai cara agar menteri itu mundur, baik dengan cara terhormat atau tidak,” ujarnya. “Sebenarnya, kan ini secara hukum sudah tidak bisa dilaksanakan UN, tapi tetap saja pemerintah melakukan,” ujar Abduh saat diskusi Kisruh UN di DPD RI, Jakarta, Jumat (19/4/2013).
Sebagai orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan mencoba belajar dan mengambil hikmah dari masalah yg terjadi saat ini. Perencanaan yg baik, akan mendapatkan hasil yg baik jika rencana tersebut dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun dibalik rencana ada kondisi tertentu diluar kuasa dan pengendalian seseorang. Apapun yg terjadi harus diterima sebagai kenyataan yang baik maupun yang buruk. Kenyataan harus dihadapi, kita boleh bersedih krn masalah dihadapi tapi jangan terlalu terlena dengan masalah tersebut apalagi sibuk mencari kambing ‘kambing hitam’ atau menyalahkan orang lain. Saya berpikir lebih baik menyibukkan diri mencari solusi dari masalah tersebut sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.
Wacana SISTEM ONLINE merupakan salah satu solusi untuk mengatasi MASALAH PELAKSANAAN UNBerikut ini beberapa penjelasan dan alasan rasional menurut saya mengapa pelaksanaan UN menggunakan sistem Online
A. Pandangan terhadap UN
Suatu proses pembelajaran tidak lengkap jika tidak disertai dengan evaluasi. Hasil evaluasi merupakan indikator keberhasilan terhadap pembelajaran terhadap pengajar dan peserta didiknya. Hal ini berlaku pada suatu kelas pembelajaran, tingkat sekolah, tingkat kabupaten/kota sampai tingkat nasional.  Hasilnya menggambarkan tingkatan yg diwakilinya. Saat ini evaluasi yg dilakukan secara nasional untuk melihat ketercapaian pendidikan nasional adalah Ujian Nasional (UN) dalam bentuk tes objektive. Saat ini pelaksanaannya pro kontra apalagi UN dijadikan sebagai penentu kelulusan. Sy tdk bermaksud ikut berpolemik apakah UN itu diperlukan atau tidak, sepanjang belum ada konsep yang lebih matang untuk memantau pencapaian pendidikan secara nasional selain UN, maka UN itulah yg terbaik.
B. Antara Waktu Pelaksanaan & Soal UN
Sebagian orang terjebak dengan istilah UN yang selalu didentikkan dengan satu satuan waktu yg sama,  atau serentak dilakukan diseluruh Indonesia. Menurut saya tidak perlu sekaku itu, menurut pandangan saya salah satu alasan mengapapa ujian itu dilaksanan serentak karena dikuatirkan terjadi kebocoran soal di daerah tertentu yg dapat menyebar ke daerah lain, sehingga ujian itu tdk objektif lagi. Masalah itu bisa diatasi dengan menyediakan jumlah paket soal yang banyak dan benar-benar berbeda, bukan hanya posisi nomor soalnya yg diacak, padahal redaksi soalnya sama. Tentu hal ini menjadi tantangan besar untuk menyediakan soal bervariasi dengan jumlah banyak tetapi setara.
C. Distribusi Soal UN
Distribusi soal yg dilakukan secara fisik dari pusat ke daerah merupakan salah satu kendala besar yang dihadapi dan perlu biaya transportasi dan pengawalan yg luar biasa besar. Hal ini sesungguhnya dapat diperpendek metode distribusinya dengan cara memanfaatkan teknologi informasi baik pendistribusian secara fisik maupun distribusi secara digital.


D. Koreksi Lembar Jawaban UN
Setelah pelaksanaan UN selesai beberapa hari yang akan datang kesulitan berikutnya akan bergeser pada pengoreksian lembar jawaban (LJ) UN. Kesulitan muncul disebabkan antara lain kualitas LJ yg baik baik sehingga sulit terbaca (apalagi ada yg difotokopi), cara pengisian yang kurang sempurna. Dua-duanya memberikan dapat memberikan efek hasil ujian tidak dapat terbaca, sehingga panitia harus bekerja 2 kali harus “menghitamkan” ulang atau sekalian membiarkan seperti itu. Selain dua masalah tersebut waktu yg dibutuhkan untuk mengeroksi lembar jawaban tersebut juga lumayan lama.
Berdasarkan uraian diatas dan pengalaman kami bersama teman2 mengembangkan sistem ujian online dari tahun 2005 sampai saat ini, kami berkesimpulan bahwa sesungguhnya UN dapat dilaksanakan dengan model sistem online. Model sistem online yg maksudkan adalah, Sistem Bank Soal online dan Sistem Ujian Online.
A. Sistem Bank Soal
Berfungsi untuk menampung soal, melakukan pengacakan, melakukan pemaketan, melakakuan analisi butir soal dari setiap mata pelajaran yg diujikan. Sistem bank soal ini mengakomodir secara detail level yang akan dicapai mulai kompetensi utama, kompetensi inti, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator esensial dan level taksonomi yg akan dicapai. Sistem ini dapat menyediakan soal ujian dalam bentuk digital untuk keperluan ujian online dan juga dapat menyediakan soal versi cetak untuk keperluan ujian versi manual. Krn berada dalam suatu sistem maka soal ini dapat distribusikan secara ‘digital’ sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai gambaran singkat bagaimana bank soal menyediakan variasi soal ujian, jika setiap mata pelajaran menyediakan 1000 butir dan 100 butih dipilih untuk diujikan, setiap butir soal menyediakan 5 pilihan jawaban. Maka variasi soal yg kemungkinan muncul adalah 1000 x 100 x 5 = 500.000 variasi, saya yakin ‘pelaku kecurangan’ akan keculitan membuat kunci jawaban generik seperti pada umumnya. Kalaupun bisa harus mengulas/membuat kunci jawaban 1000 butir soal tersebut.
B. Sistem Ujian Online
Begitu berbicara sistem ujian online, maka yang ada dikepala sebagian orang adalah ‘kebebasan yg seluas-luasnya’. Padahal sesungguhnya tidak seperti itu, ujian online ada aturannya, ada harus ruangan  ujiannya, ada pengawasnya, aplikasi ujiannya harus dibuat khusus sehingga membatasi kemungkinan orang berbuat curang. Sistem ujian online yg kami kembangkan itu independen (aplikasi & sistem operasinya jadi suatu kesatuan), begitu aplikasi ujian online dijalankan jangan membayangkan bisa buka google, bisa chating/facebookan, atau membuka flasdik. Yang Anda bisa lihat hanya soal ujian dilayar monitor,kecuali anda membuka buku atau gadget lain, hal itu sdh menjadi tugas dan tanggungjawab pengawas ujian.
Setelah itu orang berpikir ujian oline perlu jaringan bandwidth internet “raksasa”, sebenarnya bandwitdh bukan lagi menjadi masalah besar, karena teknologi sdh berkembang dengan mamanfaatkan sistem terdistribusi, ataupun sistem cloud computing. Ini sdh kami buktikan pada UKG Online 2012 kemarin, bandwitdh yang disiapkan 20Mbps yg terpakai hanya 11% saja.
Ujian Online Perlu lab komputer yg canggih : sebenarnya tdk juga, syarat utamannya adalah PC yg dapat terkoneksi jaringan internet. Hal ini sdh kami buktikan bahwa aplikasi yg bangun 90% bisa digunakan pada PC yang ada disekolah-sekolah saat ini tanpa harus ada pengadaan perangkat baru.
Ujian Online perlu listrik dan jaringan internet : ya wajib ada dong, kalau saat ini belum semua  wilayah RI ada aliran listrik dan jaringan internet, kita bisa berharap kawan kalau sistem ujian online  diterapkan pemerintah (PLN dan Telkom) memberikan perhatian khusus. Kalau memang tidak ada pasti tdk bisa dipaksakan, solusinya dengan cara ujian manual dengan soal dari sistem bank soal online.
Ujian Online semakin gampang soal bocor: segampang-gampangnya membocorkan soal ujian online jauh lebih gampang membocorkan soal yg tercetak dikertas. Sehandal apapun sistem itu pasti ada celahnya, kemampuan untuk mendapatkan celah itu tdk sebanyak celah yg ada pada sistem manual. Kami menyakini bahwan setiap peluang yg ada sdh menjadi kodrati akan lahir bersama masalahnya. Setiap masalah pasti ada solusinya.
Biaya Ujian Online Mahal: Memang betul mahal biaya investasi lab komputernya, tetapi keuntungan dapat digunakan berulangkali bahkan dapat memberikan manfaat yg lebih besar pada kegiatan pembelajaran sehari-hari. Jika kita menghitung secara biaya ujian yang diselenggarakan secara manual, mulai cetak soal, distribusi, pengawalan soal dari pihak keamanan, biaya mengoreksi hasil ujian. Waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama. Sehingga dibandingkan ujian manual jauh lebih mahal dari pada ujian online.
Ujian Online Sulit karena tdk semua orang bisa mengoperasikan komputer : Mengoperasikan komputer buat  sebagian besar orang mungking memang sulit, tetapi untuk sekedar menekan huruf A, B, C, D spasi dan beberapa tombol keyboard lainnya bukanlah hal sulit. Sistem ujian yang kami bangun sdh dirancang untuk orang gaptek sekalipun. Jauh lebih sulit dan beresiko memberikan/mengganti jawaban ujian manual dan ujian online.
Ujian online perlu SDM yang handal dibidang IT : kalau ini sy setuju 100%, sesungguhnya dunia pendidikan kita masih sangat memerlukan keberadaan orang IT dengan pola pikir IT. Pola pikir IT sederhana yaitu Ya (1) atau Tidak (0). Oleh karena itu sy harus jujur mengatakan belum saatnya matapelajaran TIK dihilangkan dikurikulum, karena siswa dan guru masih sangat membutuhkan matapelajaran TIK.





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
      Dari berbagai urian dan penjelasan di atas kiranya dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Ujian Nasional harus lebih dikaji lagi dari tiap  tahun ke tahun serta dari kajian tersebut pemerintah harus selalu memperbaiki mutu ujian nasional lebih baik.
2.      Persiapan Ujian Nasional harus betul-betul dipersiapkan secara sistematis dan terkontrol.Agar pendistribusian Soal,kekurangan Soal serta LJUN yang kurang tidak terjadi lagi.
3.      Distribusi soal yg dilakukan secara fisik dari pusat ke daerah merupakan salah satu kendala besar yang dihadapi dan perlu biaya transportasi dan pengawalan yg luar biasa besar. Hal ini sesungguhnya dapat diperpendek metode distribusinya dengan cara memanfaatkan teknologi informasi baik pendistribusian secara fisik maupun distribusi secara digital.Atau Pihak Pemerintah mempercayaan provinsi untuk mencetak soal-soal tersebut dengan memberikan dokumen asli ke pada provinsi dan provinsi yang mengelola pendistribusian Soal dan LJUN tersebut.sehingga masing-masing provinsi lebih meningkatkan efesiensinya untuk kelancaran ujian nasional disekolah-sekolah diprovinsi mereka masing-masing.
3.2 Saran
            Jadikan hal ini sebagai pengalaman kedepan dan pemerintah lebih meningkatkan kinerjanya dalam penyelenggaraan Ujin Nasional lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.merdeka.com/peristiwa/4-kendala-dalam-pelaksanaan-un-2013.html. tgl 28 mei 2013jam 20.00


                                                                                               


2 komentar: