Hello Kitty Winking Pointer

ILMU KIMIA PENTING LO,,

SELAMAT DATANG

Rabu, 19 September 2012

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KIMIA ( RANGKUMAN TEORI-TEORI PERILAKU)


1.       RANGKUMAN TEORI-TEORI PERILAKU
·         Pengertian belajar perilaku menurut aliran behavioristik
Pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu disebut juga pembelajaran perilaku.
Behaviorisme sendiri merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek  mental.
·         Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari  pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1.       Ivan Pavlov : Classical Conditioning
Di awal abad ke-20 Pavlov dan kawan-kawan mempelajari proses percernaan anjing yaitu memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur.
Dalam eksperimen Pavlov dan kawan-kawan menunjukkan, bagaiman belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksi dan tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air liur.

Eksperimen yang dilakukan Pavlov “pada anjing” menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

       Law of Respondent Conditioning,  artinya hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
       Law of Respondent Extinction,  artinya hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
       Penekanan yang diberikan Pavlov adalah pada observasi dan pengukuran yang teliti serta eksplorasinya secara sistematis tentang berbagai aspek belajar
2.       E.L. Thorndike: Connectionism ( S-R Bond)
·         Dalam studi terdahulu, Thorndike memandang perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan.
·         Stimulus-stimulus dapat mengeluarkan respons yang merupakan titik tolak dari teori stimulus-respons atau teori (S-R Bond) yang dikenal sekarang.
·         Thorndike menghubungkan perilaku pada refleks-refleks fisik. Seperti, mengangkat setinggi-tingginya lutut ke atas bila lutut itu dipukul, terjadi tanpa diproses dalam otak. Di hipotesiskan, bahwa perilaku yang lain juga ditentukan secara refleksif oleh stimulus yang ada di lingkungan, dan bukan oleh pikiran yang sadar atau tidak sadar.
·         Dalam eksperimennya, Thorndike menempatkan kucing-kucing dalam kotak-kotak. Dari kota-kotak tersebut kucing-kucing harus keluar untuk memperoleh makanan.
·         Ia mengamati selang beberapa waktu kucing-kucing itu belajar bagaimana dapat keluar dari kotak-kotak lebih cepat dengan mengulangi perilaku-perilaku yang mengarah pada keluar, dan tidak mengulangi perilaku-perilaku yang tidak efektif.
Eksperimen yang dilakukan Thorndike “pada kucing” menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya:
       Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons  menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula  hubungan  yang terjadi antara Stimulus - Respons.
       Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
       Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan  semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
Hukum Pengaruh Thorndike mengemukakan, bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan kemungkinan bahwa tindakan itu diulangi dalam situsi-situasi yang mirip akan meningkat. Tetapi bila suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan-kemungkinan bahwa perilaku itu diulangi, akan menurun. Jadi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu saat, memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.
3.       B.F. Skinner: Oprant Conditioning
·         Pavlov memusatkan bahwa perilaku ditampilkan oleh stimulus-stimulus khusus. Tetapi Skinner berpendapat, bahwa perilaku-perilaku semacam itu mewakili hanya sebagian kecil dari semua perilaku-perilaku. Ia menyarankan suatu kelas lain dari perilaku, yang disebutnya perilaku-perilaku operant, sebab perilaku-perilaku ini beroperasi terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus-stimulus tak terkondisi apapun, seperti makan.
·         Studi Skinner terpuast pada hubungan antara perilaku dan kosekuensi-konsekuensinya. Penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut operant codisioning.
Skinner terkenal dengan pengembangan dan penggunaan aparatus yang biasa disebut kotak Skinner. Dengan kotak ini ia meneliti perilaku hewan, biasanya tikus dan burung merpati. Pekerjaan Skinner dengan tikus dan burung merpati menghasilkan sekumpulan prinsip-prinsip tentang perilaku yang telah ditunjang oleh beratus-ratus studi yang melibatkan manusia dan hewan.
Eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner “pada tikus dan burung” merpati menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya :
       Law of operant conditining, yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
       Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Rabu, 06 Juni 2012

KESEHATAN

zaman sekarang ini.. semua perlu was pada untuk namanya kesehatan tubuh agar terhindar dari penyakit..,,kalo ente sekalian masih ingin umur panjang,,,yachhh kudu jaga kesehatan..
so pastiiiiii dech pola makan..

Terkadang ane maupun ente kadang melupakan hal terkecil yang padahal hal itu juga berakibat buruk bagi kesehatan kita..........wahhhh wahhh wahhh perlu ekstra jaga kesehatan dong,Itu wajib !!
-----ga banyak basa-basi--- yuk baca artikel ane tentang kesehatan...semoga berguna untuk ente sekalian.

ane mau tanya nich ke ente sekalian ???????????????
kalo ente sekalian kepasar beli sayur yang ente beli sayur yang bolong -bolong daunnya atau yang bagus daunnya?

so pasti banyak yang milih tu sayuran yang bagus - bagus....
padahal dibalik sayuran yang bagus itu..ente kudu tahu bahwa petani sayuran menggunakan zat kimia untuk membuat sayurannya berkualitas terutama apabila ada serangga,bakteri,semut,ulat dll pasti disemprot menggunakan pestisida...nah ente sekalian kan tahu peptisida itu beracun.mungkin pada tumbuhan bagus dan tapi bagi tubuh ente dan kesehatan ente apakah bagus??tentu tidakkan..
karena bahan peptisida yang terkena pada sayuran itu.;lalu ente makan sayuran itu.apakah tidak bahaya dan menimbulkan penyakit kalo sayuran itu tidak dibersihkan dengan bersih,,so pasti menimbulkan penyakit..seperti asam urat dll.Obat pestisida yang membuat penyakit bukan sayurnya.

INI ada Tips dari ane untuk ente sekalian..
Caranya sayuran sehabis dibeli jangan langsung dipotong dulu ..
tapi dibersihkan dengan air lalu direndam  dengan garam,setelah itu cuci sayuran kembali.
garamnya bersifat menetralkan


Selasa, 29 Mei 2012

LEMAK


1.     Komposisi Lemak
Lemak adalah trigliserida atau triasilgliserol,kedua istilah ini berarti”triester dari gliserol.
Sebagian Besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak,sedangkan gliserida dalam tumbuhan berupa cendrung berupa minyak; karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani dan minyak nabati.

Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak,yang disebut asam lemak,umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tak bercabang.Lemak dan minyak seringkali diberi nama sebagai derivat asam – asam lemak ini.Misalnya,tristearat dari gliserol diberi nama tristearin,dan tripalmitat dari gliserol,disebut tripalmitin.Minyak dan lemak dapat juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester:sebagai contoh,gliseril tristearat dan gliseril tripalmitat.



       Komponen lemak itu terdiri atas gliserol dan asam lemak.Kebanyakkan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida campuran – artinya,ketiga bagian lemak dari gliserida itu tidaklah sama.


2. Hidrolisis


Dalam proses hidrolisis lemak akan terurai membentuk asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berlangsung dengan menggunakan asam, lemak, atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang melibatkan basa akan menghasilkan gliserol dalam garam asam lemak atau sabun. Pada umumnya lemak akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak apabila dibiarkan dalam udara terbuka. Hal inidisebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas.
Lemak akan terhidrolisis jika dilarutkan dalam asam atau basa, air, dan enzim lipase. Hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya. Hidrolisis lipid oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan campuran sabun k+ atau Na+ dan gliserol. Proses hidrolisis ini disebut penyabunan atau saponifikasi. Hidrolisis oleh air akan terjadi jika lemak/minyak dipanaskan dengan air pada suhu 180º c dan tekanan 10 atm,kemudian akan terhidrolisis menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol larutdalam air, sedangkan asam lemak terapung di atas air.
      Reaksi hidrolisis lemak adalah sebagai berikut:
     
          

13. Lemak sebagai senyawa asam dan alkohol

Lemak sebagai senyawa asam dan alkohol ialah lilin.Lilin adalah senyawa yang berbentuk ester asam lemak dengan alkohol bukan gliserol.Pada umumnya asam lemaknya adalah asam palmitat dan alkoholnya mempunyai atom c sebanyak 26 – 34,contohnya adalah mirisil palmitat;
                             CH3(CH2)14 – O – CH2 – (CH2)28CH3
Melihat bangunan molekul senyawa diatas maka sifatnya sangat hidrofobik non polar.Lanolin adalah campuran ester asam lemak dan lanosterol yang terbentuk  dari
Golongan sterol.

Pembuatan Natrium Tiosulfat


I.       JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Natrium Tiosulfat

II.    TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat – sifat kimianya.

III. LANDASAN TEORI
Natrium tiosulfat merupakan garam dari tiosulfat yang termasuk kedalam jenis asam polisulfomonosulfat. Selain itu asam ini juga dikenal dengan vanadisulfanoat. Kedua asam ini merupakan runtutan dari asam polisulfana (H2Sx). Ion tiosulfat ini memiliki geometri tetrahedron terdistorsi. Natrium dialam hanya tersedia dalam wujud besi oksida karbonat, sedangkan sulfida tidak ditemukan dalam bentuk murninya. Sedangkan natrium yang ada dilaut berupa senyawa NaCl. Pada organisme (hewan) ion natrium sangat berperan sekali yaitu sebagai konduksi saraf dan dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan osmosis dalam darah. Pada tumbuhan ion natrium  berfungsi sebagai zat yang esensial untuk pertumbuhan. Natrium tiosulfat merupakan salah satu senyawa dari natrium, dengan rumus kimianya adalah Na2S2O3.5H2O
Pembentukan garam tiosulfat berdasarkan reaksi yang terjadi antara belerang dan tiosulfit yaitu : SO32- + S S2O32- . Bila dalam reaksi diatas ditambahkan belerang dalam jumlah yang berlebih maka semua ion sulfit akan dapat membentuk ion S2O32-.
Pembuatan natrium tiosulfat dapat juga dilakukan dengan menggunakan H2S sebagai bahan baku dan juga SO3. Namun  sangat disayangkan cara ini sangat sulit dilakukan. Dalam bidang kimia analitik, natrium tiosulfat ini merupakan larutan standar yang digunakan  untuk titrasi iodometri dan hanya terdapat dalam bentuk pentahidrat, sehingga harus dilakukan standarisasi dengan larutan standar primer.
Asam tiosulfat tidak stabil pada suhu kamar, Asam ini dipisahkan pada suhu 78oC dari persamaan reaksi : SO3 + H2S H2S2O3
Atau dari reaksi  :
HO3SCl + H2S H2S2O3 + HCl
Molekul gas sulfur tioksida SO3 memiliki struktur segitiga datar dapat mengalami resonansi dengan melibatkan ikatan Ï€p – Ï€p dari S-O. Adanya orbital P untuk ikatan dan orbital d kosong dari S menyebabkan panjang S-O sangat pendek yaitu 1,43 A. Ion tio sulfat memiliki struktur [ S-SO3 ]2- dengan panjang gelombang ikatan S-S dan S-O masing-masing 1,99 + 0,10 dan 1,48 + 0,6Ã…, panjang ikatan S-S mendekati panjang S-O menunjukkan bahwa dalam ikatan S-S juga terlibat ikatan II (pi).
Garam yang biasa disebut tiosulfat stabil dan berjumlah banyak. Tiosulfat dibuat dengan memanaskan alkali/larutan sulfit dengan S dan juga dengan mengoksidasi polisulfida dengan air seperti reaksi berikut :
Na2S2O3 + S → Na2S2O3
2NaS3 + 3O2 → 2Na2S2O3 +2S
Selain itu natrium tiosulfat dapat dibuat dari SO2 dengan reaksi sebagai berikut :
2SO2 (aq) + O2(g) → SO3(g)
Kemudian direaksikan dengan Na2S2O3 dan H2O
reaksi :
2SO2 + Na2CO3 + H2O → 2NaHSO3 + CO2
produk (NaHSO3) direaksikan lagi dengan Na2CO3
reaksi :
2NaHSO3 + Na2CO3 → 2Na2SO3 + CO2 + H2O
terakhir Na2SO3 direaksikan dengan S dengan bantuan pemanasan.
Reaksi :
Na2S2O3 + S → Na2S2O3
Dalam percobaan ini akan dipelajari cara pembuatan garam natrium tiosulfat dari reaksi antara sulfur dengan natrium sulfit. Struktur molekul sulfur ada dua jenis yaitu rombik dan monoklin. Pada temperature dibawah 96oC  stabil dalam bentuk rombik dan diatas temperature tersebut stabil dlam bentuk monoklin. Dalam dua struktur tersebut molekul sulfur membentuk cincin yang mengandung 8 atom. Agar sulfur dapat bereaksi maka harus dilakukan pemutusan cincin yang ada terlebih dahulu. Oleh karena itu, mekanisme reaksi yang melibatkan sulfur sangat rumit.

IV. ALAT DAN BAHAN
A.    ALAT
NO
ALAT
UKURAN
JUMLAH
1
Alat refluks

1 set
2
Batang pengaduk

1
3
Gelas ukur

2
4
Pembakar spritus

1
5
penjepit

1
6
Tabung reaksi

2
7
Neraca digital

1
8
Kertas saring

Secukupnya
9
Pipet

2
10
Botol semprot

1


B. BAHAN
NO
BAHAN
UKURAN
JUMLAH
1
Natrium sulfit
-
25 gram
2
Serbuk belerang
-
4 gram
3
Kristal Na2S2O3.5H2O
-
secukupnya
4
HCl encer
-
3 mL
5
Aquades
-
secukupnya
6
 Larutan Iod dalam KI
-
2 mL
V. PROSEDUR KERJA
A. PEMBUATAN  NATRIUM TIOSULFAT—HIDRAT

1.      alat  refluks disiapkan, kemudian dimasukkan 25 gram natrium sulfit ke dalam labu refluks
2.      ditambahkan 15 mL air dan 4 gram serbuk belerang, kemudian direfluks selama 1 jam
3.      setelah itu larutan didinginkan dan sisanya disaring. Filtrate dipindahkan ke dalam cawan pengupan dan uapkan sampai volume ±  5 mL.
4.      biarkan larutan dingin dan keringkan kristal yang terbentuk dengan menekan kristal diantara dua kertas saring, kemudian kristal ditimbang.

B. MEMPELAJARI SIFAT – SIFAT KIMIA NATRIUM SULFAT
1. Pengaruh Pemanasan
beberapa Kristal Na2S2O3.5H2O dalam tabung reaksi dipanaskan. Bagaimana stabilitas Kristal tersebut?
2. Reaksi dengan Iod
1 gram Kristal natrium tiosulfat dengan 10 mL air, dan direaksikan dengan 2 mL larutan iod secara berlebihan.
3. pengaruh asam encer
3 mL larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida encer direaksikan dengan volume yang sama. Setelah beberapa menit, dan diamati isi tabung reaksi dan bau yang ditimbulkan.

IV. DATA HASIL PENGAMATAN
NO
PERLAKUAN
HASILPENGAMATAN
1
a.       Pembuatan natrium tiosulfat-5-hidrat
1)      25 gram natrium sulfit + 15 mL air + 4 gram serbuk belerang


2)      Campuran direfluks selama 1 jam












3)      Larutan didinginkan, disaring, dan diuapkan


4)      Filtrate didiamkan


1.      Larutan berwarna bening dan tidak menyatu (serbuk belerang berada diatas air)

2.      Temperatur campuran hangat, berwarna kuning dan tidak menyatu (serbuk belerang berada diatas air)
Labu refluks terasa panas dan terdapat uap didalamnya, pada 15 menit uap didalamnya sebagian menetes
Setelah beberapa menit larutan mendidih, berbau ( bau belerang) dan campuran membentuk 2 lapisan, pada bagian atas berwarna kuning dan lapisan bawah bening. Larutan  semakin berbau menyengat

3.      Warna larutan kuning dan volume filtrat 17 ml.  Residu 30,327 gram. T1 = 155OC dan T2 = 200OC.

4.      Setelah dimasukan didalam es terbentuk endapan kristal natrium tiosulfat massanya 6,705 gram.


b.      Mempelajari sifat – sifat kimia natrium sulfat

1)      Natrium tiosulfat pentahidrat dipanaskan





2)      1 gram Kristal natrium tiosulfat + 10 ml air  +  2 ml iod berlebih












3)      3ml natrium tiosulfat + 3 ml asam klorida encer, didiamkan



1.      Bentuk awal Na2S2O3.5H2O adalah dalam bentuk Kristal berwarna putih pekat. Setelah dipanaskan Kristal mencair dengan cepat dan tidak berwarna serta berbau.

2.      Kristal Na2S2O3.5H2O dilarutkan dalam 10 ml air menjadi larutan yang tidak berwarna. Setelah ditambahkan iod 10 tetes, pada awalnya larutan air dengan Na2S2O3.5H2O tidak menyatu dengan iod, tampak larutan berwarna ungu dari iodidanya. Setelah beberapa waktu larutan mulai menyatu antara iod dengan air dan Na2S2O3.5H2O.terbentuk endapan putih dan terdapat serbuk putih melayang pada bagian atas larutan dan tercium bau belerang.
3.      Setelah ditetesi HCl encer awalnya larutan tidak berwarna, setelah beberapa menit larutan berubah menjadi putih keruh dan berbau.


VII. PEMBAHASAN
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat. Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar. Ion tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit. Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan dibidang fotografi, dimana garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi. ion tiosulfat dapat membentuk kompleks Ag(S2O3)- dan Ag(S2O3)23- Ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion logam lain.
Dalam percobaan ini akan dipelajari bagaimana cara pembuatan garam natrium tiosulfat dan mempelajari sifat-sifatnya. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk mempelajari sifat-sifat dari garam natrium tiosulfat. Diantaranya dalam percobaan ini akan dilakukan pemanasan, reaksi terhadap iod, dan pengaruh terhadap asam encer. Garam natrium tiosulfat (Na2S2O3) merupakan suatu senyawa tiosulfat dari alkali (natrium). Garam ini memiliki sifat hidroskopis (mudah menyerap air di udara) sehingga seringkali dijumpai dalam bentuk hidratnya dibandingkan bentuk murninya. Bentuk hidrat dari garam natrium tiosulfat paling banyak dalam bentuk 5-hidrat dan 10-hidratnya, karena garam natrium tiosulfat berbentuk serbuk putih, tetapi untuk mereaksikannya tetap dalam bentuk padat karena tingkat kelarutannya yang cukup tinggi dan dapat pula dijadikan dalam bentuk larutan. Kebanyakan tiosulfat yang pernah dibuat dapat larut dalam air, tetapi dalam bentuk timbal, perak atau barium hanya larut sedikit sekali. Banyak dari tiosulfat ini larut dalam larutan natrium tiosulfat berlebih, membentuk garam kompleks. Garam-garam tiosulfat merupakan senyawa kompleks dimana kation yang mengikat tiosulfat merupakan atom pusat yang menyediakan orbital kosong(elektrofilik) sehingga dapat mengikat ligan anion yaitu tiosulfat yang memiliki elektron bebas sehingga dapat membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Dalam percobaan ini diawali dengan merefluks natrium sulfit dan belerang dalam sebuah labu alas bulat, tujuan dari refluks ini yakni untuk mempercepat terjadinya reaksi dan dapat maksimal (sempurna). Proses refluks dilakukan pada percobaan ini agar struktur molekul sulfur yang membentuk cincin yang mengandung 8 atom (S8) dapat diputuskan, sehingga dapat bereaksi dengan natrium sulfit. Agar pemutusan cincin S8 ini berlangsung dengan sempurna, maka proses refluks dilakukan selama 1 jam. Perefluksan terus dilanjutkan sampai pada campuran terbentuk seperti 2 lapisan, yaitu lapisan agak bening dibawah dan lapisan kuning diatas. Setelah terbentuk 2 lapisan tersebut, perefluksan dihentikan dan disaring dengan kertas saring agar terpisah dari zat pengotornya. Tetapi sebelum itu filtrat natrium tiosulfat didinginkan terlebih dahulu dengan es batu sampai terbentuk kristal putih. Es batu berfungsi agar kristal dapat terbentuk dengan cepat. Setelah disaring, filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan sampai terbentuk kristal. Proses penguapan ini untuk menghilangkan molekul air yang bukan pentahidrat.
Dari percobaan ini diperoleh berat endapan sebesar 6,705 gram. Adapun reaksi yang berlangsung pada pembuatan Na2S2O3 ini adalah :
Na2S2O3 + S + 5H2O → Na2S2O3.5H2O

Mempelajari Sifat – Sifat Natrium Tiosulfat
1.       Pengaruh Pemanasan
Percobaan selanjutnya yaitu akan mempelajari sifat – sifat natrium tiosulfat yaitu mengetahui pengaruh pemanasan terhadap natrium tiosulfat pentahidrat. Pada  percobaan ini kristal Na2S2O3.5H2O dipanaskan dan diperoleh bahwa kristal natrium tiosulfat pentahidrat meleleh jika dipanaskan. Pada praktikum kali ini uji pengaruh pemanasan hanya dilakukan pada natrium tiosulfat pentahidarat, karena tidak tersedianya natrium dekahidarat pada laboratorium sehingga kita tidak dapat membandingkan stabilitas termal kedua kristak tersebut. Menurut literatur jika dibandingkan dengan natrium tiosulfat dekahidrat,maka natrium tiosulfat pentahidrat lebih cepat meleleh karna natrium tiosulfat dekahidrat lebih banyak mengandung air. Maka  dapat disimpulkan bahwa Tiosulfat disini bersifat hidroskopis.
persamaan reaksi :
Na2S2O3.5H2O (s )Na2S2O3 (aq) + 5H2O (l)
2.      Reaksi dengan Iod
Pada percobaan ini 1 gram Na2S2O3  yang dilarutkan dengan 10 mL H2O menghasilkan larutan yang bening kemudian ditambahkan dengan larutan Iod berlebih sebanyak  2 mL I2 menghasilkan larutan yang bening dan setelah beberapa waktu terdapat endapan putih.. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi Redoks (Reduksi Oksidasi) yang ditandai dengan adanya perubahan warna Iod.
Reaksinya sebagai berikut :
Reduksi :         I2      +   2e  → 2I-
Oksidasi :        2S2O32-     S4O62-    +    2e
2S2O32-   +    I2        S4O62-    +    2I-
Jadi : 2 Na2S2O3 + I2 → 2 NaI + Na2S4O6
Pada persamaan reaksi tersebut, terlihat bahwa iod berfungsi sebagai oksidator yang mengoksidasi ion tiosulfit atau natrium tiosulfat mereduksi iod., dan iod sendiri mengalami reduksi dari I2 menjadi I-.


3.      Pengaruh Asam Encer

Pada  percobaan ini 3 mL Na2S2O3 direaksikan dengan 3 mL HCl encer  menghasilkan larutan bening dan terbentuk endapan sehingga larutan menjadi warna putih susu  yang merupakan endapan belerang dan berbau menyengat karena terdapat gas SO2. Dalam percobaan ini asam klorida berfungsi untuk menguapkan sulfur dioksida dan mengendapkan sulfur. Itulah sebabnya pada reaksinya menimbulkan bau menyengat  yang merupakan gas SO2.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
~        Na2S2O3 + 2HCl→ H2S2O3 + 2NaCl
~        H2S2O3  SO2(g) + S(s) + H2O(l)



VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
1.      Natrium tiosulfat pentahidrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan natrium sulfit dan belerang dengan air dengan cara direfluks, disaring, diuapkan dan dikeringkan sampai terbentuk endapan.
2.      Sifat – sifat natrium tiosulfat adalah sebagai berikut :
~        Natrium tiosulfat bersifat hidrokopis. Bila kristal natrium tiosulfat dipanaskan akan melepaskan uap air yang dikandungnya, dimana kristal yang lebih banyak mengandung molekul air akan lebih lambat mencair dari pada yang sedikit mengandung molekul air.
~        Ion tiosulfat dapat mereduksi iod membentuk ion tetrationat .
~        Sulfur dapat dibebaskan dengan penambahan HCl encer pada natrium tiosulfat.


B.     SARAN
Diharapkan buat praktikan lebih teliti dalam memperhatikan kebersihan alat yang digunakan. Selain itu praktikan sebaiknya sebelum melakukan praktikum membaca terlebih dahulu metode kerja sehingga waktu yang diperlukan dapat seefisien mungkin digunakan

IX. DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Jurusan Pendidikan Kimia UNPAR,  2012, Penuntun Praktikum Kimia Anorganik , Palangkaraya.
Kristian sugiarto, 2004. Kimia anorganik I. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY
Mulyono, 2005. Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Natrium_tiosulfat diakses pada tanggal 20 Mei 2012.


X. LAMPIRAN
~        Fotocopy Laporan Sementara Anorganik.