Hello Kitty Winking Pointer

ILMU KIMIA PENTING LO,,

SELAMAT DATANG

Rabu, 19 September 2012

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KIMIA ( RANGKUMAN TEORI-TEORI PERILAKU)


1.       RANGKUMAN TEORI-TEORI PERILAKU
·         Pengertian belajar perilaku menurut aliran behavioristik
Pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu disebut juga pembelajaran perilaku.
Behaviorisme sendiri merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek  mental.
·         Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari  pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1.       Ivan Pavlov : Classical Conditioning
Di awal abad ke-20 Pavlov dan kawan-kawan mempelajari proses percernaan anjing yaitu memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air liur.
Dalam eksperimen Pavlov dan kawan-kawan menunjukkan, bagaiman belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksi dan tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air liur.

Eksperimen yang dilakukan Pavlov “pada anjing” menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

       Law of Respondent Conditioning,  artinya hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
       Law of Respondent Extinction,  artinya hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
       Penekanan yang diberikan Pavlov adalah pada observasi dan pengukuran yang teliti serta eksplorasinya secara sistematis tentang berbagai aspek belajar
2.       E.L. Thorndike: Connectionism ( S-R Bond)
·         Dalam studi terdahulu, Thorndike memandang perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan.
·         Stimulus-stimulus dapat mengeluarkan respons yang merupakan titik tolak dari teori stimulus-respons atau teori (S-R Bond) yang dikenal sekarang.
·         Thorndike menghubungkan perilaku pada refleks-refleks fisik. Seperti, mengangkat setinggi-tingginya lutut ke atas bila lutut itu dipukul, terjadi tanpa diproses dalam otak. Di hipotesiskan, bahwa perilaku yang lain juga ditentukan secara refleksif oleh stimulus yang ada di lingkungan, dan bukan oleh pikiran yang sadar atau tidak sadar.
·         Dalam eksperimennya, Thorndike menempatkan kucing-kucing dalam kotak-kotak. Dari kota-kotak tersebut kucing-kucing harus keluar untuk memperoleh makanan.
·         Ia mengamati selang beberapa waktu kucing-kucing itu belajar bagaimana dapat keluar dari kotak-kotak lebih cepat dengan mengulangi perilaku-perilaku yang mengarah pada keluar, dan tidak mengulangi perilaku-perilaku yang tidak efektif.
Eksperimen yang dilakukan Thorndike “pada kucing” menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya:
       Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons  menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula  hubungan  yang terjadi antara Stimulus - Respons.
       Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
       Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan  semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
Hukum Pengaruh Thorndike mengemukakan, bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan kemungkinan bahwa tindakan itu diulangi dalam situsi-situasi yang mirip akan meningkat. Tetapi bila suatu perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan-kemungkinan bahwa perilaku itu diulangi, akan menurun. Jadi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu saat, memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.
3.       B.F. Skinner: Oprant Conditioning
·         Pavlov memusatkan bahwa perilaku ditampilkan oleh stimulus-stimulus khusus. Tetapi Skinner berpendapat, bahwa perilaku-perilaku semacam itu mewakili hanya sebagian kecil dari semua perilaku-perilaku. Ia menyarankan suatu kelas lain dari perilaku, yang disebutnya perilaku-perilaku operant, sebab perilaku-perilaku ini beroperasi terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus-stimulus tak terkondisi apapun, seperti makan.
·         Studi Skinner terpuast pada hubungan antara perilaku dan kosekuensi-konsekuensinya. Penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut operant codisioning.
Skinner terkenal dengan pengembangan dan penggunaan aparatus yang biasa disebut kotak Skinner. Dengan kotak ini ia meneliti perilaku hewan, biasanya tikus dan burung merpati. Pekerjaan Skinner dengan tikus dan burung merpati menghasilkan sekumpulan prinsip-prinsip tentang perilaku yang telah ditunjang oleh beratus-ratus studi yang melibatkan manusia dan hewan.
Eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner “pada tikus dan burung” merpati menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya :
       Law of operant conditining, yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
       Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.