1.
RANGKUMAN TEORI-TEORI PERILAKU
·
Pengertian
belajar perilaku menurut aliran behavioristik
Pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah
laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara
lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu disebut juga
pembelajaran perilaku.
Behaviorisme sendiri merupakan salah satu
pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
·
Beberapa
hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini,
diantaranya :
1.
Ivan Pavlov : Classical Conditioning
Di
awal abad ke-20 Pavlov dan kawan-kawan mempelajari proses percernaan
anjing yaitu memperhatikan perubahan dalam waktu dan kecepatan pengeluaran air
liur.
Dalam
eksperimen Pavlov dan kawan-kawan menunjukkan, bagaiman belajar dapat
mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksi dan tidak dapat
dikendalikan, seperti pengeluaran air liur.
Eksperimen yang
dilakukan Pavlov “pada anjing” menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
•
Law of Respondent Conditioning, artinya hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah
satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya
akan meningkat.
•
Law of Respondent Extinction, artinya hukum pemusnahan yang dituntut.
Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun.
Penekanan yang diberikan Pavlov adalah pada observasi dan pengukuran yang teliti serta eksplorasinya secara
sistematis tentang berbagai aspek belajar
2.
E.L. Thorndike: Connectionism ( S-R Bond)
·
Dalam
studi terdahulu, Thorndike memandang
perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan.
·
Stimulus-stimulus
dapat mengeluarkan respons
yang merupakan titik tolak dari teori stimulus-respons atau teori (S-R Bond) yang dikenal sekarang.
·
Thorndike menghubungkan perilaku pada
refleks-refleks fisik.
Seperti, mengangkat setinggi-tingginya
lutut ke atas bila lutut itu dipukul, terjadi tanpa diproses dalam otak. Di hipotesiskan, bahwa perilaku yang
lain juga ditentukan secara refleksif oleh stimulus yang ada di lingkungan, dan
bukan oleh pikiran yang sadar atau tidak sadar.
·
Dalam
eksperimennya, Thorndike menempatkan kucing-kucing dalam kotak-kotak. Dari
kota-kotak tersebut
kucing-kucing harus keluar untuk memperoleh makanan.
·
Ia
mengamati selang beberapa waktu kucing-kucing itu belajar bagaimana
dapat keluar dari kotak-kotak lebih cepat dengan mengulangi perilaku-perilaku
yang mengarah pada keluar, dan tidak mengulangi perilaku-perilaku yang tidak
efektif.
Eksperimen yang
dilakukan Thorndike “pada kucing” menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya:
•
Law of Effect;
artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka
hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi antara Stimulus - Respons.
•
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme
itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit),
dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
•
Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin
bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak dilatih.
Hukum
Pengaruh Thorndike mengemukakan, bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan
yang memuaskan dalam lingkungan kemungkinan bahwa tindakan itu diulangi
dalam situsi-situasi yang mirip akan meningkat. Tetapi bila suatu
perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam
lingkungan, kemungkinan-kemungkinan bahwa perilaku itu diulangi, akan menurun.
Jadi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku seseorang pada suatu saat, memegang
peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.
3.
B.F. Skinner: Oprant Conditioning
·
Pavlov
memusatkan bahwa
perilaku ditampilkan oleh stimulus-stimulus khusus. Tetapi Skinner berpendapat,
bahwa perilaku-perilaku semacam itu mewakili hanya sebagian kecil dari semua
perilaku-perilaku. Ia menyarankan suatu kelas lain dari perilaku, yang
disebutnya perilaku-perilaku operant, sebab perilaku-perilaku ini
beroperasi terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus-stimulus tak terkondisi
apapun, seperti makan.
·
Studi Skinner terpuast pada hubungan antara
perilaku dan kosekuensi-konsekuensinya. Penggunaan
konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan
untuk mengubah perilaku disebut operant codisioning.
Skinner terkenal dengan
pengembangan dan penggunaan aparatus yang biasa disebut kotak Skinner.
Dengan kotak ini ia meneliti perilaku hewan, biasanya tikus dan burung merpati.
Pekerjaan Skinner dengan tikus dan burung merpati menghasilkan sekumpulan prinsip-prinsip
tentang perilaku yang telah ditunjang oleh beratus-ratus studi yang melibatkan
manusia dan hewan.
Eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner “pada
tikus dan burung” merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
• Law of operant conditining, yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
• Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya perilaku
operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar